Jakarta, Stratak-News | Koalisi partai pendukung pemerintah dan oposisi masih membuka diri terhadap partai lain yang ingin bergabung maupun berpindah ke kubu yang lain.
Nyarwi Ahmad, selaku pengamat komunikasi politik dari UGM mengatakan bahwa ada peluang poros baru selain mengusung Prabowo maupun Joko Widodo (Jokowi) untuk menjadi calon presiden (capres).
Hal ini diungkapkan Nyarwi melalui tayangan Sapa Indonesia Malam, Kompas TV, Sabtu (4/8/2018).
Mulanya, pembawa acara Fristian Greic memberikan pertanyaan terkait partai-partai yang masih belum berkoalisi sepenuhnya, seperti PKS dan PAN yang belum resmi mengumumkan koalisi pada Gerindra.
Sementara di kubu petahana ada PKB yang masih menunggu keputusan para kiai untuk menyatakan koalisi.
Nyarwi pun menjawab jika baik kubu penantang maupun kubu petahana memiliki problem yang sama.
Jika Gerindra tertekan dengan hasil ijtima ulama, maka dari PDIP akan ada hasil dari kiai PKB.
“Dinamika yang terjadi pada PKB, NU relatif hampir sama dengan ijtima ulama, kalo kita lihat poros yang berkembang selama ini ada di pak Jokowi, PDIP.” ujar Nyarwi.
“Kemudian ada di kubu Demokrat-Gerindra, ada PKS juga kan yang mencalonkan cawapres yang sebenarnya ini tekanan juga ke kubu pak Prabowo untuk minta Habib Salim Segaf misalnya. Dinamika yang sama juga terjadi di tubuh petahana, problemnya kalo poros ini tidak bisa me-manage,” tambah Nyarwi.
Greic pun menyela dengan mengatakan jika maksud Nyarwi adalah PKS dan PAN akan menjadi kubu yang kecewa di kubu penantang.
Sedangkan PKB juga bisa menjadi partai yang kecewa dari kubu petahana.
“Kalo barisan kecewa sakit hati ini ngumpul, kita bisa bayangkan akan ada poros baru yang ketiga,” jawab pengamat komunikasi politik UGM ini.
Sementara itu, dikutip dari Kompas.com, beberapa alim ulama dari sejumlah wilayah di Indonesia mendukung Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar yang akrab disapa Cak Imin menjadi cawapres Jokowi dalam Pilpres 2019.
Hal itu disampaikan para alim ulama yang merupakan perwakilan wilayah Sumatera Selatan, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jogjakarta, dan Banten usai pertemuan di kantor PBNU, Sabtu (4/8/2018) malam.
“Aspirasi yang disampaikan oleh para kiai bahwa para kiai sepakat untuk mendukung pencalonan Cak Imin sebagai cawapres bersama pak Jokowi,” ujar Rois Syuriah PWNU Jawa Timur Anwar Iskandar dalam siaran pers usai mengadakan pertemuan tertutup dengan para kyai se-Indonesia di Kantor PBNU, Jakarta.
Anwar mengatakan, akan menindaklanjuti aspirasi dari para alim ulama ini untuk dimusyawarahkan dengan PBNU sehingga menjadi bagian aspirasi warga NU.
Di sisi lain, Sekretaris Jenderal PBNU Helmy Faisal menuturkan, sejumlah kiai yang hadir dalam forum ini rata-rata memiliki pesantren yang sangat besar, dan sangat berpengaruh di masing-masing daerahnya.
Kiai yang hadir dalam pertemuan tersebut salah satunya, Kiai Agoes Ali Masyhuri dari Jawa Timur, Abuya Muhtadi Dimyati dari Cidahu, Banten; KH Subhan Makmun dari Brebes.
“Tentunya aspirasi yang disampaikan malam ini merupakan bagian penting dalam perhelatan demokrasi ke depan,” ujar Helmy.
Lebih lanjut, mantan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi ini berharap aspirasi para kiai dapat ditindaklanjuti dan diterima oleh Jokowi.
“Untuk itu kita harapkan tentunya melalui forum yang nanti tepat secepat-cepatnya ini akan disampaikan dan tentu dengan harapan bahwa apa yang menjadi harapan para kiai ini akan diterima secara baik sama pak Jokowi,” tutur dia.
Sementara dari kubu penantang, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto menyatakan pembahasan cawapres di koalisinya bersama PKS, PAN, dan Demokrat masih cair.
Ia mengatakan penentuan sosok cawapres pendampingnya masih terus dibahas. Ia pun terbuka dengan usulan dari Demokrat, PKS, dan PAN soal cawapres.
“Kami (masih) cair. Yang terbaik untuk semua ya. Semua, yang penting itikad yang terbaik untuk rakyat dan bangsa Indonesia,” kata Prabowo di kediamannya di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (3/8/2018).
Ia mengatakan pembahasan koalisi dengan Demokrat, PAN, dan PKS memang melelahkan namun dalam negara demokrasi hal itu harus dilakukan.
Prabowo menambahkan, demokrasi mengharuskan semua partai politik berembuk untuk menentukan pasangan capres dan cawapres yang akan mereka usung.
Ia pun meminta masyarakat bersabar untuk menunggu sosok cawapres yang akan mendampinginya di Pilpres 2019.
“Ini lah demokrasi. Saya juga capek. Kalian juga capek nungguin saya, bener enggak? Tapi harus semangat untuk mengabdi kepada rakyat, harus semangat,” lanjut dia.
Diketahui, hingga kini beredar empat nama yang intensif dibicarakan sebagai cawapres pendamping Prabowo.
Mereka ialah Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan serta usulan dari ijtima ulama yakni Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri, Ustaz Abdul Somad.
Komentar